“Kopi Taim” Bukan Sekedar Ngopi Biasa
Kopi Taim (coffee time) sebuah rutinitas yang sudah melekat pada sebagian besar civitas akademika Prodi Teknik Geofisika. Sehari tanpa kopi ibarat gadget tanpa kuota, lebih kurang begitulah perumpamaannya.
“Sudah ngopi Pak?” sebuah pertanyaan yang sering terdengar di pagi hari selepas bersalaman.
Kebiasan ngopi “kopi taim” menjadi hal yang menghangatkan suasana. Selain menghangatkan, kopi taim juga menjadi ajang berdiskusi tentang topik-topik terkini, mulai topik seputar dunia geofisika sampai topik sosial politik yang sedang viral. Terkadang sebuah pemikiran untuk pengembangan Prodi Teknik Geofisika lahir dari lingkaran kopi taim.
Kopi taim tentu tidak terjadwal secara khusus, tapi muncul secara spontanitas dan alamiah. Jika pikiran sudah buntu dan badan terasa penat, maka secara alamiah komunitas penikmat kopi merapat ke ruangan bersama untuk menyeduh segelas kopi.
Kenikmatan kopi taim bukan hanya datang dari suasana yang hangat. Akan tetapi dibarengi juga dengan suguhan biji kopi dari Sabang sampai Meuroke. Mulai dari Biji Kopi Arabika Gayo, Mandailing, Sidikalang, Kerinci, Puntang, Gunung Halu, Preanger, Kintamani, Toraja, dan Papua. Bahkan beberapa juga biji kopi import dari Australia, Timor Leste, Vietnam, Thailand, Lavaza Italia, juga Ettli dari Jerman.
Memang, kopi taim Prodi Teknik Geofisika ITB bukan sekedar ngopi brasa. Ngopi, diskusi, dan silaturahmi